Ahad, 7 April 2013

Menulis itu Indah




Apa sih susahnya menulis? Mungkin saja kata-kata tersebut sangat gampang terucap dan kita dengarkan dengan rapi ditelinga meski pada kenyataannya sangat sulit untuk dilakukan, pada dasarnya menulis adalah suatu kegiatan yang sulit dilakukan karena pada suatu titik-titik tertentu, sebagian dari diri kita akan mengatakan sesuatu yang menjadi sugesti yang melemahkan. Banyak yang bermasalah saat memulainya atau bahkan mengakhirinya, kadang berfikiran tulisan kita tidak bagus, tidak komersil atau apalah yang pasti semua itu akan menghambat kita untuk menulis.
” Menulislah !! selama engkau tidak menulis engkau akan hilang dalam masyarakat dan dari pusaran sejarah “
(Pramoedya Ananta Toer)
Well,,, biasanya disadari atau tidak sebenarnya potensi kita untuk menulis itu pasti ada ; tidak perlu kita itu anak seorang penulis atau anak tukang becak. Hakikatnya semua manusia bisa menulis ; terkecuali kita buta aksara he he. Hanya saja kita tidak mau sedikit mencoba mengembangkan tulisan kita menjadi sebuah tulisan yang layak dibaca halayak banyak. “Aku sudah punya niatan untuk mencoba tapi.....”. Right pada awalnya saya juga demikian “Niat” suda terpampang rapi namun bingung mau mulai dari mana bahkan ada-ada saja alasan canggih yang dapat meluluhkan niatan kita menulis.
Sebuah kata-kata motivasi harus banyak-banyak kita baca, terima, dan letakkan baik-baik dalam alam bawah sadar kita, semacam menyikapi sebuah nasehat yang baik dengan sikap yang baik jadi akan menghasilkan sugesti yang baik pula untuk menumbuhkan semangat khususnya untuk menulis. Well,, tulisan ini tidak bertujuan untuk meng-uliah-i para pembaca, tapi sedikit akan bercerita tentang pengalaman saya dalam memotivasi diri untuk menulis, dan semoga menjadi sentilan motivasi untuk pembaca.
Pada awalnya saya juga kesulitan memaksa diri saya sendiri untuk menulis, dengan segudang atau bahkan seratus gudang alasan yang  secara pribadi saya ciptakan agar mengulur waktu untuk menulis. Pada akhirnya saya juga sadar bahwa yang menghambat kita menulis adalah diri sendiri, karena disadari atau tidak diri sendirilah yang memproduksi rasa malas itu. Iyaa, kan?? Menulis adalah sebuah panggilan hati untuk menyampaikan berita dengan sudut pandang yang kita rasa akan membangun sebuah imajinasi latar dan cerita pada pembacanya entah menulis Fiksi atau sekedar artikel pada analoginya kita sedang membangunkan sebuah hosting latar cerita tempat dimana pembaca akan turut menempatkan dirinya pada situasi tersebut. Dan dari itulah saya mencoba menulis satu atau dua paragraf, bercerita mungkin juga curhat ya seperti yang sekarang saya lakukan ini.
Saya mencoba mencari inspirator…

Saya tidak memiliki tutor dalam menulis, hanya membaca karya orang saja untuk menambah kosakata yang saya butuhkan untuk mulai menulis, saya mulai menjelajahi tiap rak buku perpus SMA saya untuk menemukan buku dengan pengarang dan karangan yang pas, majalah Horizon-lah yang sering saya baca. Cuma sayangnya saya lupa siapa saja nama pengarangnya yang telah saya baca karangannya, bahkan judulnya satu-dua yang saya ingat ; (Amplop Abu-abu u, Jam dinding, Sepotong senyum, Awang-awang, aku dan seorang penulis novel dll yang sepertinya saya lupakan) karena yang saya baca pada waktu itu kebanyakan puisi ; (Tikus, Laki dan perempuan, Uraian Cinta oleh Jalaluddin Rumi) serta puisi-puisi karangan temen-temen SMA yang di tempel dimading saya jadikan koleksi, al khususon karangan Devil (kakak kelas) yang sangat dikagumi temen dekat saya. karena kepincut dengan kata-kata yang rata-rata kosakatanya tingkat badai getar membahana, saya memulainya dengan menulis puisi + waktu lagi masa-masa nya kasmaran he he. Geli deh kalau ingat.
Demam AAC melanda pada waktu itu, saat filmnya mulai tayang di bioskop saya malah mengikuti ceritanya lewat novel, itupun saya pinjem dari temen, Antri pula. Ffyuuhh... karena akses bioskop yang jauh dan film bajakannya yang masih mahal untuk saya beli. Tapi akhirnya saya beli juga. Dengan membaca novel AAC cukup mampu memaksa saya untuk mencoba menulis cerita yang lebih panjang dari sekedar puisi, Saya mulai dengan cerpen pertama saya yang penuh dengan kata-kata Religion, Hijab dan Tuhan. Bahkan saya harus bertanya kepakar agama dikelasku mengenai Hukum Cinta Dua Agama. Well, 1-37 halaman terlampaui. Tapi sampai lulus SMA cerpen (Agamaku Tidak mengizinkannya) saya tidak pernah ada endingnya hingga suatu ketika ada tugas untuk menganalisa sebuah cerpen dalam mata pelajaran bahasa inggris, saya cari kembali cerpen setengah jadi itu dan saya remove menjadi Antara Aku, Kau dan Dia dan berhasil A+ reward untuk saya karena saya satu-satunya siswa yang cerpennya buat sendiri. Ha ha
Setelah AAC saya membaca novel Wanita Berkalung Sorban. Sumpah novel yang membuat saya geli – menggeliat saat membacanya. Kata-katanya benar-benar merasuki tubuhku, hingga alurnya sampai terngiang-ngiang dalam otakku. Buat pengarangnya “salut”.
Saat membaca perahu kertas saya benar-benar terbawa akan latar yang diciptakan dee untuk pembacanya, tulisannya renyah, serius,lucu dan romantis sebuah komposisi pas sebuah tulisan menurut saya dan dengan ini saya resmi belajar pada dee soal menulis meski hinga saat ini tulisan saya masih tidak jelas jalurnya, dengan perubahan status saya sebagai mahasiswa yang aktiv di pergerakan yang banyak membahas persoalan mahasiswa sebagai agen perubahan , pemikul kontrol atas kebijakan-kebijakan tidak membuat membuat saya berubah dalam gaya menulis dan itu yang penting bagi seorang penulis , menciptakan khas!. Saya tetap berusaha menulis dengan biasa dan bebas membiarkan inspirasi menari-nari leluasa dipikiran saya , karena menulis adalah tempat saya berkata keras, berkata banyak dan bercerita.
Kutipan diatas adalah kutipan favorit saya yang saya kutip dari tutor inspirator sementara saya, sebelum saya benar-benar menemukan tutor yang benar-benar akan membingbing saya dalam menulis.
Saya ingin menjadi seorang penulis dengan cerita-cerita saya dan saya akan abadi dengan apa yang saya tulis.
Franklin Bejamin juga mengatakan bahwa,: “Jika engkau tidak ingin segera dilupakan orang setelah engkau meninggal dunia, maka tulislah sesuatu yang patut untuk dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan dalam tulisan”
Jadi menulislah dan abadi-lah, menjadi sesuatu yang kamu mau dengan apa yang kamu tulis, buang jauh—jauh anggapan bahwa apa yang kita tulis itu jelek dan tidak komersil, kita hanya butuh menulis apa yang mau kita ceritakan, carilah tutor yang telah mengabadikan dirinya terlebih dahulu dengan banyak membaca apa yang kamu suka.Pesannya
Dan sebagai kata penutup layaklah kalimat ini digunakan sebagai akhir tulisan singkat ini dan motivasi kita dalam menulis “Kalau Anda ingin terkenal, sementara Anda bukanlah anak seorang penguasa juga bukan anak saudagar kaya maka menulislah!” (Imam Al-Ghazali). Akhirnya.......




1 ulasan: